selamat hari raya
NYEPI
SEJARAH DAN MAKNA
Sejatinya, seluruh rangkaian Hari Raya Nyepi dalam memperingati pergantian Tahun Baru Saka merupakan kesempatan bagi semua makhluk untuk mengalami dialog spiritual agar kehidupan selalu seimbang dan harmonis, sejahtera dan damai.
Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Nyepi dan Perayaan Tahun Baru di Bali
Tahun Baru Bali bukan hanya satu hari, tetapi serangkaian ritual suci yang berlangsung selama enam hari. Nyepi, Hari Raya Keheningan, adalah bagian yang paling terkenal, tetapi ini hanyalah salah satu aspek dari perayaan spiritual yang mendalam ini.
Tahun Baru Bali – Perayaan Enam Hari
Suatu waktu untuk pembersihan, pembaruan, dan refleksi diri. Perayaan enam hari ini mencakup:
- Ritual Melasti – Upacara penyucian di laut (3–4 hari sebelum Nyepi).
- Ritual Bhuta Yajna & Parade Ogoh-Ogoh – Malam sebelum Nyepi, menampilkan patung raksasa dan prosesi.
- Nyepi – Hari Keheningan, di mana semua aktivitas di Bali berhenti total.
- Ngembak Agni – Hari setelah Nyepi, saat keluarga saling memaafkan dan merayakan awal yang baru.
Nyepi – Hari Keheningan akan dimulai pada Sabtu, 29 Maret 2025, pukul 05:59 dan berakhir pada Minggu, 30 Maret 2025, pukul 06:00.
Ini adalah periode 24 jam penuh keheningan total yang berlaku di seluruh pulau Bali.
[/accordion-item] [accordion-item title=”Apa yang terjadi selama Nyepi?”]Selama Nyepi, Bali benar-benar berhenti beroperasi selama 24 jam.
– Bandara ditutup (tidak ada penerbangan masuk atau keluar).
– Toko, bisnis, dan restoran tutup.
– Tidak ada yang boleh keluar rumah, termasuk wisatawan.
– Internet atau layanan seluler mungkin tidak tersedia di beberapa area.
– Cahaya harus dimatikan atau diredam.
Petugas keamanan adat, yang dikenal sebagai Pecalang, bertugas mengawasi dan menegakkan aturan ini demi menjaga kesucian Nyepi.
Tahun ini, Nyepi akan berlangsung dari 29 Maret pukul 06:00 hingga 30 Maret pukul 06:00.
Aturan Nyepi diawasi dengan ketat oleh Pecalang.
Jika seseorang melanggar aturan dengan membuat kebisingan, menyalakan lampu, atau keluar rumah, mereka akan diminta untuk kembali ke dalam.
Tidak ada sanksi hukum bagi wisatawan, tetapi menghormati tradisi lokal sangat diharapkan.
Tidak. Bandara Internasional Ngurah Rai (DPS) akan ditutup sepenuhnya selama 24 jam, dari 29 Maret pukul 06:00 hingga 30 Maret pukul 06:00.
Tidak ada penerbangan yang dapat mendarat atau lepas landas selama waktu ini.
Ya, hotel tetap beroperasi, tetapi tamu harus tetap berada di dalam area hotel.
Banyak hotel menawarkan paket khusus Nyepi dengan berbagai aktivitas dalam ruangan dan tetap menyajikan makanan serta minuman, meskipun dengan jadwal dan menu yang terbatas.
Selama Nyepi, hotel mengambil langkah khusus untuk memastikan bahwa pulau tetap dalam kegelapan total. Para tamu diminta untuk menutup tirai agar cahaya tidak keluar. Beberapa hotel bahkan menggunakan lapisan penutup jendela untuk memastikan tidak ada cahaya yang terlihat dari luar.
Selain membatasi cahaya, para tamu juga diharapkan untuk meminimalkan kebisingan dan menjaga volume perangkat elektronik tetap rendah demi menjaga suasana hening di pulau. Meskipun aktivitas dalam ruangan dan layanan makan tetap tersedia, pencahayaan luar dan hiburan dibatasi secara ketat demi menghormati kesakralan Nyepi.
Tidak. Wisatawan harus tetap berada di dalam akomodasi mereka selama periode 24 jam penuh.
Semua aktivitas luar ruangan, termasuk mengunjungi pantai, berjalan-jalan di jalanan, atau menggunakan kendaraan, dilarang.
Jika Anda berada di Bali selama Nyepi, pastikan untuk menyaksikan salah satu Parade Ogoh-Ogoh pada malam sebelum Nyepi (28 Maret).
Persiapkan makanan dan kebutuhan lainnya sebelum penutupan, terutama jika Anda menginap di vila pribadi atau Airbnb.
Tetap di dalam ruangan, jaga kebisingan seminimal mungkin, dan gunakan pencahayaan sekecil mungkin.
Hormati tradisi dan nikmati suasana hening yang damai.
Banyak wisatawan menggunakan Nyepi sebagai kesempatan untuk meditasi, membaca, dan relaksasi.
Pada malam sebelum Nyepi, desa-desa di Bali mengadakan Parade Ogoh-Ogoh.
28 Maret 2025
– Patung raksasa menyeramkan yang disebut Ogoh-Ogoh diarak melalui jalanan.
– Patung ini melambangkan energi negatif dan roh jahat.
– Setelah parade, banyak Ogoh-Ogoh yang dibakar untuk menyucikan pulau.
Lokasi terbaik untuk menyaksikan parade ini antara lain: Kuta, Seminyak, Ubud, Nusa Dua, dan Sanur.
Hari setelah Nyepi disebut Ngembak Geni, yang berarti “menyalakan api kembali”.
– Keluarga saling berkunjung dan saling meminta maaf.
– Toko, restoran, dan bisnis kembali dibuka.
– Di Denpasar, terdapat tradisi unik Omed-Omedan “Ritual Ciuman”, di mana para pemuda yang belum menikah mengikuti acara ciuman massal yang penuh kegembiraan.
Ini adalah waktu untuk bersosialisasi, merayakan, dan menyambut tahun baru.
Sejarah Perayaan Tahun Baru
Nyepi adalah sebuah momen yang sangat spesial dimana umat Hindu Bali mendedikasikan sepenuhnya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui serangkaian upacara, doa, puasa, dan meditasi. Di antara banyak perayaan yang diadakan orang Bali sepanjang tahun, upacara keagamaan dinilai sangat penting dan tidak boleh dilewatkan.
Tahun Baru Hindu, berdasarkan penanggalan Saka, dimulai pada tahun 78 Masehi. Agama Hindu yang kala itu berasal dari India dimulai pada saat negara tersebut mengalami krisis dan konflik sosial yang berkepanjangan, dimana setelah melalui perselisihan yang panjang, Raja Kaniskha I dinobatkan pada tanggal 1 (satu hari setelah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka , pada bulan Maret 78 M.
Sejak saat itu, peringatan tanggal Saka baru dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinannya dalam menyatukan bangsa yang sebelumnya berperang karena perbedaan keyakinan agama. Oleh karena itu, Tahun Baru Saka diperingati sebagai hari kebangkitan, persatuan, toleransi, dan perdamaian.
Upacara Pertama: Melasti
Sebuah ritual penyucian yang dipersembahkan kepada Hyang Widhi Wasa, dengan mengambil air suci dari laut yang nantinya akan digunakan untuk membersihkan benda-benda suci seperti Arca, Pratima, dan Pralingga milik beberapa pura desa. Meskipun Melasti tidak dilaksanakan serentak di Bali, namun pasti akan selalu diadakan sebelum Nyepi.
Maksud dari ritual penyucian ini adalah untuk “membersihkan” diri kita masing-masing (bhuana alit) dan alam semesta (bhuana agung). Perolehan air suci itu disebut Tirta Amerta, air/ sumber kehidupan. Orang Bali mengenakan pakaian adat lengkap berwarna putih saat melakukan upacara, dan semuanya berkumpul di tepi pantai atau di dekat sumber mata air maupun danau, sebagai pernyataan simbolis melepaskan masa lalu dan membuangnya ke laut. .
Ritual serupa juga dapat dijumpai diluar Bali, tepatnya di Pantai Balekambang di pesisir selatan Malang, Jawa Timur; itu adalah ritual Jalani Dhipuja.
Upacara Kedua: Parade Bhuta Yajna & Ogoh Ogoh
Upacara Bhuta Yajna atau lebih dikenal dengan Pengerupukan dilakukan sehari sebelum Nyepi yang ditandai dnegan parade Ogoh Ogoh guna menetralisir kekuatan negatif dan menciptakan keseimbangan dengan Tuhan, Umat Manusia, dan Alam. Ritual ini juga dimaksudkan untuk menenangkan Batara Kala (Dewa Dunia Bawah dan Kehancuran) dengan menghaturkan Pecaruan.
Saat matahari terbenam, antara jam 5-6 sore, upacara Pengrupukan berlangsung di jalanan utama setiap kelurahan di bali. Secara mendadak jalanan Bali akan dipenuhi para pejalan kaki, para warga Bali pria dari anak-anak hingga dewasa bekerja sama mengarak patung-patung Ogoh-ogoh kreasi mereka, dengan penuh semangat sembari diiringi alunan alat musik tradisional, gamelan, drum dan kulkul (semacam kentongan bambu tradisional).
Meskipun ritual ini dapat disaksikan di seluruh pulau bali, namun area Kuta, Seminyak, Gianyar, dan Sanur seringkali menawarkan parade yang lebih semarak. Setiap desa membuat setidaknya satu Ogoh-Ogoh yang spektakuler dan dengan bangga mereka akan melakukan pengarakan hingga keseluruhan prosesnya.
Upacara Ketiga: Nyepi
Puncak rangkaian Hari Raya Nyepi terjadi keesokan harinya setelah pengerupukan, terhitung mulai pukul 6 pagi hingga 6 pagi hari berikutnya. Pada hari ini secara khusus didedikasikan untuk refleksi diri dan mempersiapkan jiwa dalam menyambut tahun yang baru. Seluruh umat Hindu di Bali secara khusyuk mengamalkan empat sila Catur Brata:
Amati Geni: Tidak menyalakan api atau cahaya, termasuk segala perangkat yang tersambung dengan listrik.
Amati Karya: Tidak melakukan aktivitas fisik dalam bentuk apapun kecuali hal-hal yang didedikasikan untuk “pembersihan” dan pembaruan spiritual.
Amati Lelunganan: Tidak bepergian.
Amati Lelanguan: Puasa dan tidak ada pesta pora/hiburan diri atau melakukan kegiatan untuk menghibur diri, termasuk memuaskan selera manusia yang tidak menyenangkan.
Upacara Keempat : Ritual Ngembak Agni / Labuh Brata
Upacara berikutnya dikenal sebagai Ngembak Agni/ Geni, atau Labuh Brata, yang menandai berakhirnya rangkaian Hari Raya Nyepi. Umat Hindu di Bali biasanya menghabiskan waktu mereka pada hari ini dengan mengunjungi keluarga mereka, bersilaturahmi dengan tetangga dan kerabat, serta bermain di pantai atau tempat wisata lainnya.
Pada hari ini aktivitas sosial kembali aktif dengan cepat, walaupun kebanyakan sekolah di Bali masih meliburkan kegiatan belajar mengajarnya. Kantor, pertokoan dan bisnis esensial juga sudah beroperasi kembali dengan normal.
Perlu diketahui jika, beda daerah di Bali, beda pula cara merayakan Ngembak Agni. Salah satu acara yang relatif terkenal adalah Omed-Omedan yang dapat ditemukan di Sesetan-Denpasar, di mana para remaja yang belum menikah dipasangkan bersama dan harus berciuman sebagai bagian dari perayaan yang unik ini. Tempat-tempat lain seperti Kedonganan memiliki kegiatan yang menyenangkan seperti mandi lumpur atau yang juga dikenal sebagai mebuug-buugan, di mana keluarga desa setempat beramai-ramai bermain lumpur di hutan bakau yang berlokasi di dekat bandara. Beberapa keluarga juga memilih mengisi waktu liburan mereka dengan berjalan-jalan di area sekitar pantai Kuta yang biasanya akan dibanjiri pasar “kaget”.